Rabu, 04 Juli 2012

Pesona Danau Gunung Tujuh

Danau Gunung Tujuh merupakan salah satu wisata yang berada di Kabupaten Kerinci, Jambi. tepatnya di Desa Pelompek, Kecamatan Ayu Aro. danau ini berada di kawasan Gunung Tujuh, sebuah gunung yang berada tepat di belakang Gunung Kerinci. Gunung Tujuh masih termasuk dalam Taman Nasional Kerinci Semblat [TNKS]. Bagi pendaki gunung, Kerinci mungkin menjadi tujuan utama karena gunung tersebut merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia [3805 mdpl], namun bagi wisatawan yang ingin sekedar menikmati keindahan alam Kabupaten Kerinci, Danau Gunung Tujuh bisa menjadi pertimbangan sebagai tujuan wisata. selain memiliki panorama alam yang menakjubkan, jalur yang dilalui juga jauh lebih mudah daripada Gunung Kerinci.
di beberapa sisinya, Danau Gunung Tujuh memiliki pasir yang terbentang menyerupai pasir pantai. Danau seluas 12.000 meter persegi ini dikelilingi oleh tujuh gunung yaitu Gunung Hulu Tebo, Gunung Hulu Sangir, Gunung Madura Besi, Gunung Lumut, Gunung Selasih, Gunung Jar Panggang, dan Gunung Tujuh dengan puncak tertinggi dibandingkan 6 gunung lainnya [2732 mdpl]. Danau Gunung Tujuh sendiri berjarak sekitar 15 menit dari puncak.
Selain sebagai tempat wisata, Danau Gunung Tujuh juga di gunakan penduduk lokal sebagai sumber mata pencaharian, beberapa masyarakat lokal berprofesi sebagai nelayan dan mencari ikan di danau tersebut. jika kita berkunjung ke Danau Gunung Tujuh kita bisa menyewa sampan nelayan dan mendayung menjelajahi luasnya danau.
Akses menuju Danau Gunung Tujuh cukup jauh jika ditempuh dari Kota Jambi atau Padang. Untuk mencapai lokasi ada 3 tahap perjalanan yang mesti dilalui oleh para wisatawan. Pertama, perjalanan bisa ditempuh melalui tiga alternatif.
1 . Perjalanan dari Kota Jambi ke Sungai Penuh yang berjarak sekitar 500 km, dapat ditempuh sekitar 10 jam menggunakan angkutan umum, mobil sewaan, atau mobil pribadi.
2 . Perjalanan dari Kota Padang ke Tapan kemudian dilanjutkan ke Sungai Penuh dengan jarak 278 km dapat ditempuh sekitar 7 jam menggunakan angkutan umum, mobil sewaan, atau mobil pribadi.
3 . Perjalanan dari Kota Padang ke Muaralabuh yang dilanjutkan ke Sungai Penuh dengan jarak sekitar 211 km dapat ditempuh sekitar 5-6 jam menggunakan angkutan umum, mobil sewaan, atau mobil pribadi.
Kedua, perjalanan dilanjutkan dari Sungai Penuh ke Kecamatan Kayu Aro atau tepatnya di Desa Pelompek dengan menggunakan angkutan umum. Jarak dari Sungai Penuh ke Pelompek sekitar 50 km dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Ketiga, dari Desa Pelompek ke lokasi Danau Gunung Tujuh, wisatawan hanya perlu berjalan kaki untuk mencapai lokasi dengan dua alternatif rute.
1 . Dari pos jaga kawasan Gunung Tujuh ke tepi danau dengan jarak 3 km dimana kondisi medan tidak begitu sulit dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2,5 jam.
2 . Dari belakang wisma tamu Gunung Tujuh ke tepi danau dengan jarak sekitar 2,5 km dimana kondisi medan agak curam dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 3 jam
Tak jauh dari Desa Pelompek juga terdapat beberapa homestay. untuk urusan kuliner para wisatawan tak perlu bingung, di sini kita akan dimanjakan dengan berbagai masakan khas Kerinci seperti Beras Payo, Teh Kayu Aro, Kacang Tojin, Gulai Ikan Semah, Lemang, Dendeng Bateko, dll. dari aritikel yang pernah saya baca tentang Teh Kayu Aro, beberapa sumber mengatakan bahwa Teh Kayu Aro adalah teh dengan kualitas terbaik di dunia, wow.. ga nyangka gan.
Kondisi alam Danau Gunung Tujuh yang masih asri membuat para wisatawan betah berlama-lama berada di sini :)
Sumber : http://indiraatmayana.blogspot.com

Pesona Alam Pegunungan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan

Karst dikenal identik dengan kapur, tandus, panas, kering dan terjal dengan kekokohan bebatuan yang cenderung berwarna putih. Kawasan karst Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sudah sejak lama dikenal sebagai pegunungan kapur yang banyak menyimpan berbagai potensi yang khas dan unik. Karakteristik tersebut kiranya telah mampu mengundang berbagai kalangan disiplin ilmu maupun para pihak untuk tetap mempertahankan kelestariannya, mengelola dan memanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Salah satu kawasan yang banyak menarik wisatawan adalah Taman Wisata Alam Bantimurung yang terletak di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Memiliki potensi alam yang indah, sebagai tempat wisata budaya, dan merupakan habitat lebih dari 84 jenis kupu-kupu, yang dijuluki sebagai Kingdom of Butterflies. Air Terjun Bantimurung dipercaya memiliki khasiat sebagai terapi kesehatan, merupakan obyek wisata alam menarik yang telah banyak mengundang pengunjung untuk datang dan menikmati kesejukan maupun khasiat air terjun tersebut.
Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat untuk mengelola kawasan tersebut sebagai tempat rekreasi dan pendidikan, sekaligus mendukung pemberdayaan masyarakat sekitar dalam pengelolaan Taman Wisata Alam guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Di sisi lain, masyarakat turut memelihara, menjaga serta mempertahankan kawasan tersebut secara berkelanjutan.
POTENSI TAMAN WISATA ALAM
Adapun potensi yang terdapat dalam taman wisata alam Bantimurung merupakan kekayaan alam yang telah ada sejak lama. Merupakan wisata tirta, kekayaan keanekaragaman hayati, panorama alamnya dengan tebing-yebing karstnya yang ideal untuk wisata alam minat khusus, legenda perahu membatu (Biseang Labboro) di Sungai Pattunuang serta gua alam, semuaitu masih dalam keadaan baik, terjaga, terpelihara dan lestari, potensi alam tersebut antara lain adalah :
a. Air Terjun Bantimurung
Di antara tebing-tebing terjal pegunungan karst di TN Bantimurung Bulusaraung (Babuls) mengalir sungai Pattunuang yang jernih, menembus ditengah-tengah taman wisata yang memiliki luas sekitar 1.624,25 ha tersebut. Sungai tersebut memiliki daya tarik berupa air terjun setinggi kurang lebih 10 meter dengan lebar 8 meter. Air terjun Bantimurung terkenal sejak kedatangan Wallace dan dijadikan sebagai kawasan konservasi sejak tahun 1919. Kini banyak menarik perhatian pengunjung khususnya para remaja dan anak-anak yang bergembira mandi di air terjunan nan sejuk. Dari air terjun pengunjung dapat melakukan bagai arum jeram dengan mempergunakan ban yang disediakan oleh para penyewa dari masyarakat di sekitar dengan harga relatif murah. Mengalun mengikuti derasnya air diantara bebatuan padas, sementara yang lain dapat berenang atau bermain di tepian yang teduh oleh rindangnya pepohonan di sekitarnya dan memang relatif aman.
Air terjun Bantimurung memang terlihat indah dan menarik, alam sekitar dengan hawa yang sejuk serta sarana dan prasarana lain yang memadai membuat pengunjung merasa nyaman. Bahkan dari beberapa pengunjung yang sempat ditemui mengatakan sering mandi di bawah air terjun tersebut, pendapat mereka air terjun merupakan terapi dalam menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Daya tarik dan potensi tersebut kiranya merupakan anugrah yang telah dilimpahkan olehNYA kepada kita untuk dipertahankan, dilestarikan serta dikelola dan dimanfaatkan secara berkesinambungan.
b. Habitat Kupu-kupu
Sekitar tiga ratus meter dari air terjun, terdapat sebuah daerah sebagai habitat 84 spesies kupu-kupu dengan aneka warna menarik. Tempat tersebut oleh masyarakat dikenal dengan nama Kesikebo (pasir putih), di pasir tersebut pada pagi dan sore hari banyak didatangi oleh ribuan kupu-kupu yang sering membentuk kelompok atau barisan di tepian sungai di antara air terjun setinggi tiga meter (dikenal dengan nama Air Terjun Bantimurung 2). Banyaknya kupu-kupu dengan berbagai jenis dan keindahan warnanya, maka kawasan tersebut dijuluki sebagai Kingdom Of Butterflies, yang memang tidak dijumpai di tempat lain di dunia.
Potensi satwa seperti kupu-kupu, khususnya dari jenis yang tidak dilindungi merupakan salah satu modal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Dengan keahlian tersendiri kupu-kupu tersebut dipergunakan sebagai barang souvenir, baik berupa berbagai hiasan maupun dalam bentuk gantungan kunci dan lain sebagainya. Souvenir tersebut banyak dijual di halaman parkir TWA secara rapih berjajar antara pedagang satu dengan lainnya. Kaos bergambar kupu-kupu dengan aneka desain dan corak serta ukuran banyak menghiasi kios-kios souvenir dengan harga sedang dan terjangkau oleh kalangan umum.
c. Museum Kupu-kupu.
Sebagai daerah yang dijuluki dengan Kingdom Of Butterflies dan untuk memudahkan pengunjung untuk mengetahui berbagai jenis kupu-kupu dengan berbagai warna yang menarik, maka oleh pihak pengelola disediakan museum sebagai wadah aneka jenis kupu-kupu dalam bentuk opsetan. Agar wisatawan yang datang mendapat kemudahan dalam mengenal berbagai jenis kupu-kupu tersebut. Juga dapat dimanfaatkan sebagai ilmu pengetahuan bagi para pelajar dan mahasiswa dalam ilmu biologi. Disamping itu di TWA Bantimurung terdapat penangkaran kupu-kupu sejak tahun 2005 dengan luas areal sekitar 2 ha. Kandang berukuran 4m x 8m x 4m dibangun guna perbanyakan jenis khususnya dari jenis yang dilindungi, dan dikelola oleh Balai TN Bantimurung Bulusaraung
d. Bentang Alam
Karst kawasan Maros-Pangkep merupakan yang terluas kedua setelah karst yang terdapat di China bagian Selatan. Pegunungan karst yang mengitari Taman Wisata Alam Bantimurung berbentuk bagai menara-menara, baik berkelompok maupun yang berdiri sendiri-sendiri. Merupakan sebuah bentuk yang unik dengan daya tarik tersendiri, memiliki karakteristik yang khas diantara hamparan pematang sawah nan subur yang berada di sekitarnya. Kawasan tersebut dikenal dengan The Spectacular Tower. Menjulang tinggi bagai menara alam dengan dinding bertekstur indah. Keindahan alam tersebut sangat menawan dan sulit ditemukan di daerah lain, dan memiliki keunikan geomorpologi yang tiada duanya di Indonesia. Landscapenya spesifik dan memiliki ornamen goa terindah serta memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di Asia Tropika. Letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau dari kota-kota di sekitarnya, berjarak 42 km dari Kota Makassar dengan waktu tempuh satu jam, sedangkan dari Bandara Hasanudin berjarak sekitar 21 km. Pemandangan alam pegunungan karst Bantimurung telah banyak menarik wisatawan untuk berkunjung dan menikmati alam tersebut.
e. Goa Pegunungan Karst
Di antara kokohnya pegunungan kapur, kiranya menyimpan potensi yang sangat menarik bagi wisatawan dengan minat khusus. Tercatat sekitar 400 goa berada dalam kawasan karst tersebut, 89 diantaranya merupakan goa pra sejarah sebagai peninggalan manusia purba yang pernah tinggal dan hidup di goa tersebut ribuan tahun yang lalu. Goa yang terdapat di TWA Bantimurung antara lain adalah Goa Batu, dan Goa mimpi yang banyak dikunjungi khususnya para pelajar dan mahasiswa atau para remaja yang senang akan wisata dengan tantangan yang cukup ekstrem. Goa-goa tersebut memiliki stalaktit, stalakmit, flowstone, helektit, pilar dan sodastraw. Tekstur dan bentuk-bentuknya sangat menakjubkan, bagai ukiran patung dalam galeri, bagai lampu-lampu kristal yang bergelantungan, sementara dinding goa bagai bergordyn berlipat indah dan lantai bergelombang yang terkadang berpasir kering dan lembut merata seolah permadani alam, nan nyaman. Ornamen-ornamen tersebut dikenal sebagai ornaman terindah yang pernah ada. Di sini pngelola menempatkan juru kunci dan jasa pemandu serta lampu penerang (senter) bagi pengunjung yang ingin mengenal lebih jauh tentang goa tersebut. Bentang alam yang memiliki keunikan dan keindahan merupakan salah satu karunia yang dapat dikelola sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Juga dapat dimanfaatkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. Tentunya pengelolaan tersebut secara bersama dari pihak-pihak terkait, agar tetap terjaga kelestariannya secara berkesinambungan.
FASILITAS TAMAN WISATA ALAM
Untuk mendukung keberadaan sebuah wisata alam tentunya diperlukan fasilitas-fasilitas yang memadai guna untuk menarik pengunjung dari berbagai daerah maupun wisatawan manca negara. Fasilitas TWA dibangun oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Maros. Adapun fasilitas yang tersedia dalam taman wisata alam Bantimurung antara lain guest house, pintu gerbang dan loket, balai pertemuan, panggung hiburan, mushola, kolam renang, shelter, pusat informasi, kantor pengelola, MCK, lapangan tennis, out bond, flying fox, jalan trail, pos keamanan dan polhut, toko souvenir dengan aneka jenis, warung makan dengan aneka masakan, dan areal parkir yang cukup luas.
Pesona Taman Wisata Alam Bantimurung sebagai aset alam yang dimiliki Propinsi Sulawesi Selatan, tepatnya Kabupaten Maros di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Potensi-potensi yang ada baik wisata tirta, keanekaragaman hayati serta keindahan tebing karstnya sebagai wisata alam dengan minat khusus perlu untuk tetap dijaga serta dipertahankan eksistensinya. Sedangkan potensi yang kiranya masih terpendam dan belum teridentifikasi, perlu untuk digali dan dilakukan peneltian lebih lanjut sebagai bahan pengembangan wisata selanjutnya.
Kawasan karst yang telah diusulkan sebagai warisan dunia, khususnya potensi ornamen yang terdapat dalam setiap goa, perlu untuk lebih dilindungi dari gangguan tangan jahil yang dapat merusak dan atau mengotori keindahan tersebut seperti yang terjadi selama ini. Meningkatkan pengawasan terhadap setiap pengunjung yang memasuki goa, agar tidak membawa benda tajam, alat tulis, cat dan sejenisnya yang dapat dipergunakan untuk mengganggu keberadaan stalaktit dan stalakmit maupun ornamen-ornamen yang memakan waktu lama dalam pembentukannya.
Dalam pengelolaan TWA tersebut kiranya masih perlu untuk melibatkan para pihak, agar pengelolaan dapat dilaksanakan secara maksimal. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat sekitar perlu lebih ditingkatkan agar kelestarian dapat terjaga guna mempertahankan potensi-potensi yang ada dalam kawasan Taman Wisata Alam tersebut. Petugas Polhut TN Bantimurung Bulusaraung masih terbatas jumlah maupun sarana dan prasarana dalam melakukan tugasnya. Maka perlu untuk ditambah petugas tersebut dan ditambah sarana dan prasarana secara memadai. Namun semua itu akan berjalan seiring waktu di esok hari seperti tetesan air antara kristal putih stalaktit muda dalam pembentukan jati diri, sementara ornamen tetap tegar dalam keindahannya. Kupu-kupu aneka warna berterbangan membentuk kelompok dlam habitatnya di sela-sela deru air berjatuhan deras di kerasnya bebatuan gamping. Hilir mudik pengunjung semakin ramai beriring bersama alunan riak sungai Pattunuang, anak-anak berenang ke sana kemari penuh kegembiraan. Alam Bantimurung indah mempesona, kaya dan subur, sejuk nyaman semilir bayu menerpa dedaunan menutup kekarnya karst. Mentari condong di barat sana bersama lazuardi kemerahan yang kan menambah indahnya alam sekitar, alam karst Bantimurung
Sumber : http://mwildaini.blogspot.com
Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang memanjang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua Newguinea di Pulau Irian. Deretan Pegunungan yang mempunyai beberapa puncak tertinggi di Indonesia ini terbentuk karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para olah raga pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para minat khusus peneliti geologi dunia.
Pegunungan Jayawijaya juga merupakan satu-satunya pegunungan dan gunung di Indonesia yang memiliki puncak yang tertutup oleh salju abadi. Meskipun tidak seluruh puncak dari gugusan Pegunungan Jayawijaya yang memiliki salju. Salju yang dimiliki oleh beberapa puncak bahkan saat ini sudah hilang karena perubahan cuaca secara global.
Menurut teori geologi, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.
Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.
Akibat proses pengangkatan yang terus-menerus, sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.
Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.
Puncak-puncak Jayawijaya
Puncak Jaya (dulu namanya puncak Carstenz Pyramide)
Puncak Meren.
Puncak Northwall.
Puncak Ngga Pulu.
Puncak Sudirman.
Puncak Trikora.

Ke indahan alam Goa Gong, Jawa Timur

Goa Gongng terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Pacitan, sekitar 30 kilometer dari Kota Pacitan. Jika ingin menyingkat waktu, perjalanan ke goa tersebut dapat ditempuh melewati jalur utara, melalui Jalan Pacitan-Pringkuku.
Namun, jika ingin sedikit berlama-lama sambil menikmati keindahan Samudera Hindia dari atas bukit, perjalanan dapat ditempuh melalui jalur selatan yang menuju ke arah Pantai Teleng Ria. Perjalanan dapat ditempuh selama sekitar 45 menit melalui jalan yang berkelok.
Kamis siang itu, jam menunjukkan pukul 11.30 dan cuaca di depan mulut goa cukup panas. Begitu memasuki goa, udara lembap langsung terasa dan memaksa para pengunjung mengucurkan keringat. Seperti Tri Utomo, wisatawan asal Jambi, yang langsung melepas jaketnya ketika memasuki goa.
Setelah memasuki goa lebih dalam, barulah terlihat beberapa kipas angin berukuran besar yang dipasang di beberapa sudut goa. Namun, tetap saja udara di dalam goa masih pengap.
Goa Gong yang memiliki tujuh ruang dan empat sendang itu sudah dirancang untuk dapat dimasuki siapa saja. Tidak perlu khawatir jika tidak membawa peralatan khusus. Dengan membayar tiket masuk Rp 4.000, pengunjung dapat menikmati keindahan ornamen goa sambil menyusuri jalan setapak berpagar besi sepanjang lebih kurang 300 meter. Jalan yang terbuat dari semen itu dibuat memutar sehingga pengunjung dapat mengakhiri perjalanannya di titik keberangkatan.
Menurut Sumanan, seorang pemandu wisata, ornamen tertentu di dalam goa dapat menghasilkan bunyi sehingga goa itu dinamakan Gong. Beberapa pengunjung yang penasaran pun mencoba mengetuk-ketuk stalaktit dan stalakmit dengan kepalan tangan. Namun, tidak ada suara yang keluar.
Tanpa membawa senter, ruang-ruang di dalam goa sudah cukup terang. Lampu-lampu sorot berwarna-warni yang diletakkan di berbagai sudut menerangi seluruh stalaktit dan stalakmit yang menjadi daya tarik utama goa itu. Ornamen goa yang semula berwarna putih gading atau coklat kekuningan berubah warna menjadi merah, biru, kuning, dan hijau.
"Goa Gong sudah tidak alami lagi. Bahkan, bisa dikatakan rusak. Seharusnya, ornamen goa tidak perlu disorot dengan lampu-lampu seperti itu," kata Direktur Mandira Tours and Travel Solo, Seno Hadi Prayitno. Lampu sorot yang memancarkan panas itu dapat mengurangi aliran air yang mengucur melalui stalaktit. Kelembapan alami juga semakin berkurang karena ada kipas angin.
Mulut goa juga ditempeli ornamen batuan cadas buatan yang dinilai semakin mengurangi kealamian Goa Gong . Di sebelah kanan mulut goa --masih di atas ornamen buatan-- terpasang prasasti yang mencantumkan nama dua warga Desa Bomo yang menemukan Goa Gong tahun 1924 dan delapan warga lainnya yang membuka goa itu untuk umum tahun 1995.
Bagi warga Desa Bomo, keberadaan Goa Gong menjadi berkah karena memberikan tambahan penghasilan. Sebagian besar warga di desa itu membuka warung-warung makan dan minum di sekitar goa. "Saya biasanya membuka warung kalau akhir pekan atau musim liburan. Kalau hari biasa, sepi pengunjung," kata Suparni, salah satu pemilik warung.
Namun, kios yang juga diminati para pengunjung adalah kios penjualan perhiasan dari batu hias, seperti batu akik, gelang dari batu pualam, dan batu-batu hias lainnya. Ada sekitar 25 pedagang yang sebagian besar berasal dari Desa Sukodono, Kecamatan Donorojo, Pacitan. "Harga beragam dari Rp 3.000 hingga Rp 300.000," kata salah satu penjual batu hias, Yayan.
Kota seribu goa
Goa Gong hanya salah satu potensi wisata goa di Pacitan. Masih ada goa-goa lainnya yang menarik dan menantang untuk ditelusuri, seperti Goa Tabuhan, Goa Putri, Goa Kendil, Goa Pentung, dan Goa Somopuro. Ada sekitar 11 goa yang dikelola sebagai obyek wisata di Kabupaten Pacitan .
Jika Goa Gong dan Tabuhan cocok untuk wisata keluarga, Goa Luweng Jaran dan Luweng Ombo cocok untuk para petualang dan pehobi. Kedua goa itu memiliki lorong vertikal sedalam lebih 25 meter sehingga untuk memasukinya perlu menggunakan peralatan dan keahlian khusus. Meski harus bersusah payah untuk memasuki goa, rasa lelah pengunjung terobati dengan pemandangan ornamen goa yang masih alami dan memesona.
Ada pula goa yang tertutup untuk umum, yaitu Goa Song Terus, Song Gupuh, dan Song Kebak. Beberapa ilmuwan dari luar negeri sedang mengadakan penelitian di dalam ketiga goa itu. Sri Utami, perangkat Desa Wareng, Kecamatan Punung, Pacitan, mengatakan, di Goa Song Terus yang berada di wilayahnya sering ditemukan fosil-fosil manusia purba.
Goa Song Terus yang terletak di dekat Goa Tabuhan itu ditutup rapat dengan pagar besi . Salah satu papan peringatan yang dipasang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur mencantumkan sanksi penjara maksimal 10 tahun dan denda Rp 100 juta jika terbukti merusak, mengubah, atau mengambil batu-batuan di dalam goa.
Geopark
Kekayaan potensi wisata alam di Pacitan itu mendorong Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk terus menggarap daerah ini menjadi daerah tujuan wisata yang potensial di Indonesia . Salah satu rencana yang belum terealisasi adalah mengubah daerah karst di Pacitan menjadi geopark atau taman wisata geologi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan rencana pembangunan geopark ini pada 2006. Dari total wilayah Pacitan seluas 1.389 kilometer persegi, seluas 91.830 hektar berupa tanah endapan zaman tua (meoson) dan 36.829 hektar merupakan batu kapur zaman tua . Namun, dari luas wilayah itu, belum jelas daerah mana saja yang akan dijadikan geopark.
"Untuk membuat geopark, perlu pengkajian yang sangat serius dan saat ini masih berlangsung," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Winarno Sudjas. Jika sudah terbangun, goa-goa yang ada di Pacitan saling terhubung menjadi satu paket wisata yang menarik. Jika lelah menelusuri goa, wisatawan memiliki pilihan untuk bersantai di 10 pantai yang ada di Pacitan.
Meski memiliki beragam potensi wisata alam yang menakjubkan, fasilitas pendukung pariwisata di Pacitan masih minim. Di Kota Pacitan hanya ada sekitar 11 hotel. Padahal, wisatawan perlu berlama-lama untuk menikmati seluruh potensi alam itu. "Kurangnya investasi menjadi penghambat. Saya sangat berharap, banyak pihak yang tertarik untuk bersama-sama membuka Pacitan sebagai tujuan wisata baru," kata Kepala dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan,M Fathony.
Sumber : http://aboutme-nanda.blogspot.com

Wisata Alam Di Pulau Mentawai, Sumatera Barat

Bagi anda yang hendak berwisata melakukan petualangan ke alam bebas, Pulau Mentawai adalah pilihan terbaik. Sebuah pulau yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis dengan tradisi masyarakat setempat yang begitu melekat. Pulau Mentawai merupakan salah satu tempat yang paling terisolasi di Indonesia, jauh dari dunia pusat perbelanjaan dan taman hiburan, sehingga para wisatawan datang benar-benar mendapatkan petualangan. Terletak di lepas pantai Barat Sumatera, kepulauan Mentawai mencakup empat kota, Sirebut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan.
Sirebut adalah kota yang terbesar dari pulau Mentawai dan sebagian besar masih ditutupi dengan hutan hujan tropis.
Dari saat Anda tiba di Sirbeut dan melihat karang pantai putih, hutan hujan kuno, Anda akan merasa sulit untuk menolak jatuh cinta dengan tempat ini. Kota terbesar di Sirebut adalah Muara Sirebut yang berlokasi di pantai tenggara. Dari sini, Anda dapat melakukan perjalanan dengan pemandu lokal. Pulau ini adalah rumah yang kaya akan keanekaragaman hayati dan telah menerima penunjukan sebagai cagar biosfer UNESCO.
Lokasi yang terpencil dari pulau-pulau ini, tidak berarti bahwa orang Mentawai memiliki kontak sedikit sekali dengan dunia luar. Saat ini, Mentawai masih mematuhi praktek-praktek tradisional dan masih memiliki hubungan spiritual yang kuat dengan hutan dengan sistem keyakinan yang menekankan harmoni dengan ciptaan.
Kebanyakan antropolog menggolongkan orang Mentawai sebagai Protomalay yang berarti mereka memiliki budaya sebagian besar Neotlithic tapi belum dipengaruhi oleh agama Buddha, Islam atau Hindu.
Pulau ini memiliki beberapa titik lokasi berselancar terbaik dengan gelombang yang besar, sehingga menjadikan pulau ini sebagai tempat terbaik bagi anda yang menyukai surfing.
Akses
Untuk mengakses semua keindahan yang ditawarkan, Anda dapat menyewa perahu milik penduduk setempat atau Anda dapat menemukan perahu di sepanjang pantai. Untuk harga menyewa perahu, tergantung pada keahlian tawar-menawar Anda.
Untuk sampai ke Pulau Mentawai dapat ditempuh dengan penerbangan selama kurang lebih 30 menit dari Sebaung Merauke, Padang. atau dengan menggunakan feri dari kota Padang. Mungkin cara termudah untuk sampai ke kota Sirebut di Pulau Mentawai adalah bergabung dengan tur trekking. Wisata ini biasanya berangkat dari Bukittinggi atau Padang dan akan mengatur transportasi ke pulau itu.
Wisatawan independen harus dapat berbicara bahasa Indonesia yang wajar untuk melakukan negosiasi dengan pemandu lokal di Sirebut. Mereka juga harus mengatur izin perjalanan mereka sendiri dengan polisi.

PASAR TRIWINDU - Berburu Harta Karun di Surga Barang Antik

Sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, Solo memiliki banyak harta karun berupa barang-barang pusaka dan antik. Pasar Triwindu (sekarang bernama Pasar Windujenar) adalah salah satu pasar barang antik yang populer di Pulau Jawa. Persis di depan pintu masuk pasar, Anda akan disambut oleh patung laki-laki dan perempuan Jawa sedang duduk bersila di atas panggung batu.
Menyusuri lorong-lorong pasar dengan barang-barang antik yang bertaburan di kanan kirinya, akan membuat kita merasa berada di surga barang antik. Aneka koleksi kain batik, uang dan koin kuno, cap batik, gramofon tua dari Eropa, wayang-wayang yang terlukis di papan kayu tua, sepeda dari tahun 1930an, hingga berbagai benda yang diklaim sebagai fosil makhluk purba dari Sangiran bisa ditemukan disini. Tidak ketinggalan pula lukisan-lukisan tua, lampu minyak, patung-patung Budha, hingga setrika arang. Tidak hanya itu saja, pasar ini juga akan memberikan kepuasan tersendiri bagi para kolektor dan penggila otomotif karena bisa mendapatkan onderdil langka yang sudah tidak diproduksi lagi.
Tidak semua barang yang dijual di Pasar Triwindu merupakan barang yang benar-benar antik. Sebuah barang yang diklaim penjualnya berusia ratusan tahun mungkin saja baru dibuat beberapa minggu lalu. Namun jika beruntung, Anda bisa mendapatkan pusaka yang dulunya adalah milik kraton. Berbagai spekulasi berkembang mengenai keberadaan benda-benda milik kraton di pasar ini. Namun pihak kraton mengatakan bahwa benda-benda itu kemungkinan adalah benda yang dihadiahkan pada abdi dalem dan kemudian dijual, atau didapatkan oleh orang yang membeli dari kerabat kraton. Berbelanja di Pasar Triwindu sungguh membutuhkah ketelitian dan keahlian tawar-menawar, jadi jangan ragu untuk menawar setengah harga.
Sampai sekarang, Pasar Windujenar masih melayani sistem barter. Anda bisa menukar koleksi dengan barang antik yang lain, tentu saja dengan negosiasi dan kesepakatan tentang nilai barang yang ingin dibarter. Jika Anda wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh, ataupun sekedar ingin menikmati suasana kota Solo yang sesungguhnya, Pasar Windujenar layak menjadi pilihan.
Copyright © 2010 YogYES.COM
Jadwal Buka
Senin - Minggu pk 09.00 - 16.00 WIB